Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Tempat Makan
Menelaah tren "doom spending" Gen Z sebagai motor penggerak ekonomi
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-06 10:00:17【Tempat Makan】111 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Belanja kebutuhan hewan peliharaan secara daring. ANTARA/HO-Pet123 Indonesia.fenomena do

fenomena doom spending menuntut adanya kebijakan publik yang proaktif, baik melalui regulasi industri keuangan maupun program literasi yang terarah, agar manfaat konsumsi tetap terjaga tanpa harus mengorbankan stabilitas keuangan generasi mendatang
Jakarta (ANTARA) - Di saat banyak pengamat ekonomi meramalkan kelesuan konsumsi ketika kengakpastian global meningkat, muncul paradoks baru: generasi muda atau Gen Z yang menunjukkan kecenderungan menghabiskan uang lebih, sebuah fenomena yang populer disebut doom spending.
Istilah ini memotret perilaku konsumtif yang lahir dari rasa ngak menentu terhadap masa depan; alih-alih menabung banyak untuk jaminan kelak, sebagian orang memilih "menikmati hari ini" sebagai bentuk pelampiasan, penghiburan, atau pernyataan identitas.
Fenomena itu ngak hanya soal psikologi individu. Dalam skala makro, dorongan pengeluaran ini memberi napas baru pada rantai nilai ekonomi yang menyuntikkan permintaan ke sektor riil, digital, dan kreatif yang sedang tumbuh.
Doom spending adalah perilaku konsumsi berlebihan atau impulsif ketika individu merasa masa depan suram atau penuh kengakpastian. Ini berbeda dari konsumsi normal karena motifnya lebih kuat terkait pelarian emosional, copingterhadap stres, atau mencari kepuasan instan di tengah kecemasan kolektif.
Gen Z sebagai generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an adalah generasi yang paling sering dikaitkan dengan pola ini karena kombinasi beberapa faktor: keterpaparan informasi (seringkali negatif) lewat media sosial; kengakpastian pekerjaan dan karier di era disrupsi; beban biaya hidup di kota besar; serta budaya digital yang memfasilitasi belanja cepat.
Penjelasan ini didukung oleh kajian McKinsey internasional yang menemukan Gen Z lebih rentan melakukan doom spending dibanding kelompok usia yang lebih tua.
Namun demikian, banyak juga Gen Z yang menerapkan strategi finansial kreatif yaitu sebagian mempraktikkan “loud budgeting”, “soft savings”, atau menabung lewat investasi kecil sehingga akhirnya tren doom spending yang terjadi muncul berdampingan dengan literasi baru.
Untuk itu diperlukan penguatan literasi yang memadai mengenai instrumen dan pilihan agar menikmati hari ini tanpa mengorbankan masa depan. Dengan demikian, Gen Z bukan hanya konsumen impulsif yang menambah angka penjualan, tapi mereka bisa menjadi agen perubahan ekonomi yang mendorong inovasi, memperkaya budaya usaha lokal, dan membantu bangsa melewati kengakpastian dengan daya tahan yang lebih baik.
Baca juga: Siasat mengatasi "doom spending" menurut psikolog
1234Tampilkan SemuaSuka(3825)
Artikel Terkait
- Pemerintah tegaskan AS ngak larang impor udang dan cengkeh asal RI
- DPR RI: Program MBG kelompok 3B perlu diperkuat untuk cegah stunting
- Anggota DPR usul bentuk tim pemeriksa pastikan MBG aman
- PBB alokasikan dana tambahan untuk dukung operasi kemanusiaan di Gaza
- Ekonom: Rencana penurunan PPN bisa dongkrak daya beli dan sektor riil
- BPOM lakukan evaluasi cegah komoditas terpapar radioaktif dikonsumsi
- Satgas MBG Banjar: Olah menu sesuai petunjuk guna cegah keracunan
- Sejarah Jakarta perlu masuk kurikulum di sekolah
- Pemprov Lampung pantau berkala penerapan SOP dapur SPPG MBG
- Benarkah naiknya suhu panas dorong orang konsumsi gula tambahan?
Resep Populer
Rekomendasi

Mesir kirim konvoi bantuan ke Gaza usai kesepakatan gencatan senjata

36 warga Majene Sulbar keracunan makanan pesta pernikahan

Bupati Banyumas: Gebyar Pendidikan Non

8 fakta minum kopi hitam bermanfaat untuk kesehatan hati

BKKBN Babel

Polresta Bandara Soetta pastikan dapur MBG Polri teruji sesuai SOP

Jabar targetkan perluasan pasar lewat West Java Expo 2025

Pemkab Jayapura: Program MBG harus menjangkau semua masyarakat